Enter your keyword

05 Maret 2013

Jakarta Megacities NatGeo

Pada tahun 2030 diperkirakan dua dari tiga orang akan bermukim di daerah urban, yang mana merupakan suatu daerah yang paling cepat perkembangannya. Karena itu, National Geographic Channel (NGC) mengangkat kota-kota penghuni para urban antara lain kota Jakarta.

Suatu tontonan yang dibuat dengan sangat menarik karena selain menampilkan kondisi saat ini (hal macet, banjir, kumuh, dll), banyak juga ditampilkan grafik 3D untuk Jakarta masa depan, seperti pembuatan pulau & tanggul di Jakarta Utara (laut Jawa), sistem MRT, dll. Tidak ketinggalan tentunya wawancara dengan pengguna KRL Jabodetabek dan warga Jakarta Timur yang pada tahun 2010 sudah terbebas dari banjir.

Materi-materi 3D yang menarik
Berikut beberapa materi-materi 3D yang menarik yang disajikan pada acara yang diputar selama 1 jam tersebut:
  1. Guna mengatasi masalah banjir, bisa terlihat bagaiamana usaha pengurukan tanah di laut Jawa sehingga menciptakan pulau-pulau tambahan di Jakarta Utara (kaya’ palm tree island di Dubai jadinya  ya, eriktapan). Jadi selain masalah banjir teratasi, di atas pulau-pulau tersebut (ini berbeda dengan di Dubai) bisa dihuni oleh warga Jakarta. Juga akan dibuat tanggul setinggi 3 meter dari permukaan air laut guna melindungi pulau ini dan kota Jakarta tentunya dari bahaya masuknya air laut (rob).
    Untuk mengurangi amblasnya tanah, dihimbau agar masyarakat bisa mengurangi pemanfaatan air tanah (perlu juga diperhatikan de-water-isasi pembangunan gedung-gedung besar, eriktapan)
  2. Dalam bidang transportasi selain bus way akan dibangun MRT, yang akan membelah Jakarta dari Utara ke Selatan selanjutnya dari Barat ke Timur. Selain station-station di atas tanah, untuk mengurangi biaya pembelian tanah akan dibangun juga station-station MRT  bawah tanah (keren!!, eriktapan). MRT ini akan di-sinergi-kan dengan moda angkutan lainnya seperti: bus, trans Jakarta dan mono rel. Khusus untuk monorol terlihat dibuat hanya di segitiga emas saja.
  3. Untuk sampah, ternyata kalau dahulu sempat heboh karena adanya pihak-pihak yang keberatan menjadi “tempat sampah”, namun dengan teknologi, sampah tersebut (yang menghasilkan gas metana) bisa dikelola untuk mendirikan pembangkit tenaga listrik (sumber energi).



Sumber : Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar